Tuesday, May 13, 2014

Perolehan Kursi DPR RI di 33 Provinsi untuk 10 Paprpol

Perolehan Kursi DPR RI di 33 Provinsi untuk 10 Paprpol

13 Mei 2014

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan perolehan suara partai politik (parpol) pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, Jumat (9/5/2014) lalu. Berdasarkan perhitungan atas data resmi KPU, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendapat 109 kursi yang tersebar di 30 provinsi.

Sementara, 451 kursi lainnya menjadi milik sembilan partai politik yang lolos ambang batas parlemen yaitu Partai Nasdem (35 kursi); Partai Kebangkitan Bangsa (47 kursi); Partai Keadilan Sejahtera (40 kursi); Partai Golkar (91 kursi); Partai Gerindra (73 kursi); Partai Demokrat (61 kursi); Partai Amanat Nasional (49 kursi); Partai Persatuan Pembangunan (39 kursi); dan Partai Hanura (16 kursi).

Sebaran kursinya adalah sebagai berikut:

Aceh
Nasdem (2 kursi); PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi); dan PPP (1 kursi)

Sumatera Utara
Nasdem (3 kursi); PKB (1 kursi); PKS (3 kursi); PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (4 kursi); Gerindra (4 kursi); Demokrat (3 kursi); PAN (3 kursi); PPP (2 kursi); dan Hanura (3 kursi)

Sumatera Barat
Nasdem (1 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi); dan PPP (2 kursi)

Riau
PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi)

Jambi
PKB (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi); PPP (1 kursi)

Sumatera Selatan
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (3 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (2 kursi); Hanura (1 kursi)

Bengkulu
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Gerindra (1 kursi); PAN (1 kursi)

Lampung
Nasdem (1 kursi); PKB (2 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (2 kursi); Hanura (1 kursi)

Bangka Belitung
PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (1 kursi); Demokrat (1 kursi)

Kepulauan Riau
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); PAN (1 kursi)

DKI Jakarta
Nasdem (1 kursi); PKS (3 kursi); PDI Perjuangan (6 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (3 kursi); Demokrat (2 kursi); PPP (3 kursi)

Jawa Barat
Nasdem (1 kursi); PKB (7 kursi); PKS (11 kursi); PDI Perjuangan (18 kursi); Golkar (17 kursi); Gerindra (10 kursi); Demokrat (9 kursi); PAN (7 kursi); PPP (7 kursi); Hanura (4 kursi)

Jawa Tengah
Nasdem (5 kursi); PKB (10 kursi); PKS (4 kursi); PDI Perjuangan (18 kursi); Golkar (11 kursi); Gerindra (10 kursi); Demokrat (4 kursi); PAN (8 kursi); PPP (7 kursi)

Daerah Istimewa Yogyakarta
PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi)

Jawa Timur
Nasdem (7 kursi); PKB (15 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (17 kursi); Golkar (11 kursi); Gerindra (11 kursi); Demokrat (11 kursi); PAN (7 kursi); PPP (4 kursi); Hanura (2 kursi)

Banten
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (3 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (2 kursi); PPP (3 kursi); Hanura (1 kursi)

Bali
PDI Perjuangan (4 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (2 kursi)

Nusa Tenggara Barat
Semua parpol yang lolos PT dapat 1 kursi

Nusa Tenggara Timur
Nasdem (2 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (2 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi); Hanura 1 kursi

Kalimantan Barat
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PDI Perjuangan (3 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi); PPP (1 kursi)

Kalimantan Tengah
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar(1 kursi); Gerindra (1 kursi); PAN (1 kursi)

Kalimantan Selatan
PKB (2 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (3 kursi); Gerindra (2 kursi); PPP ( 2 kursi)

Kalimantan Timur
Nasdem (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar (2 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PPP (1 kursi)

Sulawesi Utara
PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (1 kursi); PAN (1 kursi)

Sulawesi Tengah
Nasdem (1 kursi); PDI Perjuangan (1 kursi); Golkar(1 kursi)

Sulawesi Selatan
Nasdem (2 kursi); PKS (2 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (5 kursi); Gerindra (3 kursi); Demokrat (3 kursi); PAN (3 kursi); PPP (3 kursi); Hanura (1 kursi)

Sulawesi Tenggara
Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP masing-masing 1 kursi.

Gorontalo
Golkar (2 kursi); Gerindra (1 kursi)

Sulawesi Barat
Golkar, Gerindra, Demokrat masing-masing 1 kursi.

Maluku
PKB, PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra masing-masing 1 kursi.

Maluku Utara
PDI Perjuangan, Golkar, PAN masing-masing 1 kursi.

Papua
Nasdem (1 kursi); PKB (1 kursi); PKS (1 kursi); PDI Perjuangan (2 kursi); Golkar (1 kursi); Gerindra (1 kursi); Demokrat (2 kursi); PAN (1 kursi)

Papua Barat
PDI Perjuangan, Golkar, Demokrat masing-masing 1 kursi

Monday, May 12, 2014

kerendahan hati

Kalau engkau tak sanggup menjadi seperti beringin yang tumbuh di puncak bukit, jadilah saja belukar. Tetapi belukar terindah yang tumbuh di tepi danau. Kalau engkau tak sanggup menjadi belukar, jadilah saja rumput. Tetapi rumput terbaik yang memperkuat tanggul pinggiran jalan. Kalau engkau tak sanggup, maka jadilah seperti tanah di tengah jalan yang membawa orang menuju mata air.

Tidak semua harus menjadi nahkoda, harus ada awak kapal...bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya dirimu...jadilah saja dirimu, tapi dirimu yang selalu dalam kondisi terbaik.

Thursday, May 8, 2014

Suara

Menurut para ilmuwan hewan yang memiliki suara paling keras adalah ikan paus biru (Balaenoptera Musculus) yang juga menyandang gelar hewan terbesar di bumi. Suara ikan paus biru lebih keras dari suara motor harley davidson, bahkan juga lebih keras dari suara konser rock atau ledakan bom.

Seberapa keraskah suara ikan paus biru itu? Suara ikan tersebut adalah 188 desibel. Angka ini sama dengan 1 juta kali suara jet atau 123 desibel (gak terlalu lebay nih! hehe), perlu diingat bahwa tingkat kekerasan suara bertambah secara logaritmis. ini berarti setiap kenaikan 10 desibel berarti peningkatan intensitas suara hingga 10 kali.

Ini adalah salah satu alasan bagi kita untuk bersyukur karena ikan paus biru hidupnya jauh di kedalaman laut...

*sumber dari keebook

Monday, May 5, 2014

Hidup adalah pilihan


Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata. "Aku ingin tumbuh besar. aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan hangatnya sinar matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku".
Dan bibit itu tumbuh makin menjulang...
Bibit kedua berkata. "Aku takut, jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya?. Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, anak-anak kecil akan berusaha mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman".
Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian...
Beberapa hari kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, dan menemukan bibit yang kedua tadi, lalu mencaploknya segera.

Pelajaran:
Seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tidak melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka hadapilah itu dengan gagah. Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak...
Salam cinta...


Sunday, May 4, 2014

piranha




Piranha

Piranha, atau Pirana, merupakan ikan air tawar yang hidup terutama di sungai-sungai yang hangat dari Amerika Selatan, terutama di perairan Amazon. Namanya berasal dari bahasa Amerika Selatan asli, TAPI-Guarani. Tampaknya menjadi gabungan dari dua kata: pira yang berarti ikan, dan Sanha, yang berarti gigi. Reputasi mereka juga mengerikan: gigi piranha sangat tajam sehingga mereka dapat dengan mudah memutuskan sebuah jari manusia hanya dengan satu gigitan. Bahkan, suku-suku asli setempat menggunakan gigi senjata darurat dan alat-alat. Beberapa keepers memiliki pengalaman digigit piranha sampai berdarah-darah.
Seekor ikan yang cukup kecil, rata-rata piranha 8 inci (17 cm) panjang, meskipun spesimen yang lebih besar telah ditemukan. Spesies terbesar, sebuah £ 11 (5 kg) piranha yang hidup di Guyana Suriname / Perancis, sebenarnya herbivora (pacu).  Seperti itu terkenal oleh sebagian besar, sebagian besar piranha adalah karnivora, makan terutama pada ikan-ikan kecil, krustasea, dan bangkai. Kejadian serangan terhadap manusia cukup langka, meskipun kadang-kadang terjadi, terutama jika sesuatu seperti darah menarik perhatian mereka pada awalnya. Hal ini terutama berlaku selama musim kemarau, ketika makanan menjadi langka, dan ikan telah dikenal untuk menyerang sesuatu yang masuk ke dalam air.
Ikan Piranha dapat menjadi hewan peliharaan akuarium, jika pemilik bersedia untuk meluangkan waktu dan usaha dalam menciptakan lingkungan yang tepat. Mereka juga membutuhkan tangki besar (setidaknya 13 galon (50 liter)) untuk mencapai kebahagiaan, sehingga orang juga harus mempertimbangkan biaya tambahan. Ikan ini sangat teritorial, dan mereka dapat berubah kanibalisme jika disimpan dalam ruang kecil. Mereka juga pemalu, sehingga mereka perlu diberi banyak ruang bersembunyi. Kelebihan kapasitas biasanya menyebabkan pertempuran, dan ikan piranha telah dikenal untuk hidup dalam kelompok (keluarga phygocentrus), itulah sebabnya mengapa lebih baik memperhatikan jumlah mereka di dalam tangki.
Bila disimpan dalam tangki ikan, piranha dapat makan udang, potongan ikan, atau pada dasarnya makanan ikan yang tersedia di toko-toko hewan peliharaan. Meskipun ada banyak spesies, hewan peliharaan yang paling populer adalah piranha red-bellied atau Pygocentrus nattereri. Meskipun demikian namanya, ikan ini bisa menjadi berbagai warna, dari kuning ke hitam perak. Piranha termasuk binatang ilegal di banyak tempat, sehingga orang-orang yang ingin menjaga memelihara harus memeriksa peraturan setempat.

Saturday, May 3, 2014

Cerkak



WIRANG
Rerantaman adicara kang bakal kaleksanaake ing tempuking gawe wus katata dharik.
Sawenehing ubarampe ora ana kang keliwatan. Samubarang kang bakal ngregengake wasana uga tan ana kang kecicir. Panggung lan gedebog pisang kanggo wayangan katon gagah ing sangarepe pendhapa omah kang nyata gedhe. Ora maido pancen Kirno iku wong sugih mblegedhu ing desa kana. Kajate Kirno mung siji yaiku bakal mantu gedhen-gedhen, ngiras-ngirus nuduhake marang wong-wong desa kana yen anake, Kiman, ya payu rabi. Umume pancen kang duwe gawekang wedok, nanging iki sisan ngundhuh. Kekarepan iku kajurung amarga saka suwarane wong-wong desa kang nate ora ngenakake atine Kirno nge-nani Kiman, yaiku Kiman ora payu rabi, diemohi wong wedok amarga wedi yen didadekake bekakak pesugihane Kirno. Mula pantes yen Kirno kepingin gawe wirang wong sadesa.
Marni, calon sisihane Kiman wis ana setengah wulan melu Kirno. Mbuh karepe Kirno utawa Kiman piye,kang mesti wong-wong sadesa dadi ngerti lan kenal bocah wadon calon mantune Kirno kuwi. Bocahe pancen ayu tenan, Marni sawijining kenya kang ora angkuh.
Tempuking gawe kari dina sesuk, mengko bengi upacara ijab kabul sisan midodareni.
Kabeh wis siap, panjer kanggo uba rampe ora nguciwani. Organ tunggal uga katata pisan kanggo nyugata ing malem midodareni. Ki Sumardi ora gelem keri. Dhalang kondhang kang bakal ngudhar cerita Alap-alapan Dewi Sembadra wis njejer wayang. Wis pokoke swasana pancen ngluwihi pasar malem. Kirno lungguh ing sangisore wit ringin sepasang kang ngrembuyung minangka dadi gapura.Kadadak Kiman nyedhaki nuli matur rada sora amarga kebrebegan suwara saka salon kang gemranggang.
"Pak, ngertos Marni?" pitakone Kiman. "Mau pamit arep tuku pulsa," jawabe Kirno. "Kok cepet men entek.." "Jarene mau ya isih, mung kanggo persiapan sesuk yen ngontak keluwargane." "Marni leres, Pak. Lah yen besan ngantos telat rak mboten karuwan. Kewirangan tenan awake dhewe."
"Ora! Sapa kang arep mirang-mirangake? Ora bakal wani, wong tangga-tanggakang serik aten kae wis kewirangan marga aku sida ewuh." Durung tutug angone rerasan, Kimpul nyela arep nyilih sepedha motor kanggo photokopi.
"Photokopi mengko sore wae, iki pite lagi digawa Marni," wangsulane Kirno.
"Wah ngertiya bareng.Kalih sinten wau, Pak?"
"Mbuh, ketone ya karo cah nom-noman kene..." Kimpul enggal niggalake Kirno lan Kiman, ora sawetara suwe Kirno uga ninggalake papan kana, dene Kiman isih keri, nunggu Marni karo nyawang kahanan njaba. 
Nalika rada sawetara kang dienteni ora njedul, Kiman nedya enggal ngebel utawa SMS marang Marni. Ngabarake ana apa tuku pulsa kok suwe temen. Sawise teka kamar, Kiman bebeg bingung nggoleki HP-ne, ning njur mikir mbok menawa diisekne sisan dening Marni, wong Marni senenge ngisi electric. "Jane arepa ngisi elektrik, rasah nggawa HP ya isa...? Ah, Mbuh!" Kiman gemreneng dhewe. Dheweke njur nggoleki bapake saperlu nyuwun ngampil HP. Kirno rada clingukan nggoleki HP nalika Kiman nembung ngampil. Kudune ora kelalen wong anggone nyelehake HP-ne wis mesthi. Ora nate pindhah, yen ora neng ndhuwur lemari dhipan, ya nang njerone.
 "Adhuh, Man. Aja-aja Marni tumindak culika.." celathune Kirno. "Ampun nambahi dheg-dhegan, Pak. Kula nggih kraos kirang sekeca."
"Katone ya ora ta, Man. Watake Marni saben dinane ya becik ngana," ngendikane Kirno kapunggel tekane Kimpul kang banjur matur, "Niki HP-ne, Pak."
"Oalah Pul...Pul! Yen nggawa HP ki mbok ya ngomong! Gawa rene...gawa rene!"
"Lho, njenengan niku dos pundi?Wau ngendikane titip.Ajrih menawi dhawah amargi njenengan badhe minggah andha. "Oh, iya.Wis gek ndang dibel si Marni," jawabe Kirno njur ora nggagas Kimpul. Kiman gage mencet tuts nuju marang HP-ne Marni. Ora suwe HP diudhunake saka kupinge. "Piye Man? " pitakone Kirno. "Sing nampi Mbak Veronika, Pak," wangsulane Kiman guyon, kamangka atine saya dheg-dhegan. Dheweke banjur nyoba mencet nomer HPne dhewe, mbok menawa bener digawa Marni. Kiman rada lega amarga ana nadha panggil. Bener, saka liya pangonaan ana jawabane Marni. Suwara metu enggal digedhekke karepe ben bapake uga mireng apa kang diomongke.
"Nang ndi, ta Dhik. Tuku pulsa apa tuku suwe?" ujare Kiman. "Aku mampir gone Sari. Lha ya kanca kenthel kok, Mas..." wangsulane Marni. "Iki wis meh Maghrib, kowe kudu dandan barang."
"Iki mengko mampir salon sisan."
"Rak wis tak sewakne juru rias, ta?"
"Gak marem, Mas. Aku pilih didandani Mbak Putri wae. Aku pilih nganggo cadhar gaya manten Timur Tengah. Saiki kan lagi modhel, Mas."
"Ya wis karepmu. Iki kowe lunga karo sapa?"
"Dhewe."
"Ngendikane Bapak, mau boncengan karo cah nom kene."
"Rasah cemburu Mas. Kae mau mung tak kon nyelah. Lha starter pijete mati ngana, kok."
"Nggih ta Pak?" pitakone Kiman marang bapake kang lagi nggatekake kabeh obrolane Kiman lan Marni. "Sangertiku, mau boncengan. Ning mbuh karo sapa."
"Mboten, Pak. Kala wau lajeng mandhap malih," jawabe Marni. "Cah kae mau sapa? "Kirno umbal pitakon. "Mboten mangertos, nggih lare nem mriku. Pun nek ngaten kula tak wangsul mawon."
"Lha ngana rak luwih cetha," celatune Kirno.HP enggal katutup. Kirno lan Kiman lega njur mesem semu isin duwe panyakrabawa ala marang calon bojo apa dene mantune.
Jam 18.00 wis kliwat, Marni durung katon. Jam 18.30 wis kepungkur, Marni durung bali.
Nganti jam 19.30 Marni uga ora ana kabare. Ndilalah wektu kuwi pas ora ana signal (sinyal).
Kamangka Pak Naib diaturi tindak jam 20.00 terus langsung ijab. Pikirane Kirno lan Kiman tekan ngendi-endi, durung meneh ana kabar yen Marni kuwi nate mblenjani rabi ing desa liya kaya kedadeyan iki. Malah wis kaping pindho. Kiman ora sranta, dheweke arep nusul Marni dhewe kang ngerti omahe Sari ya mung dheweke. Nadyan dipenggak dening para sesepuh lan juru rias, Kiman pangah tetep nekad. Durung nganti Kiman mungkur, saka kadohan ana mobil mlebu pekarangan. Lawang mobil mbukak sithik, kasusul ana pawongan wadon kadandanan kaya putri Ratu Arab nganggo cadhar mudhun saka mobil iku. Nadyan praupane katutupan cadhar tipis, nanging sapa wae mesti ora maido yen calon wadon pancen ayu tumpuk undhung. 
Wong-wong kang padha nunggu rumangsa lega, utamane Kirno lan Kiman kang ora sranta mburu calon bojone enggal kasemaptakake ing kursi manten, nunggu Pak Naib.
Nanging, calon temanten putri malah nggeret Kiman mlebu pendhapa jujug kamar. Mbuh apa kang ditindakake. Ora suwe, Kiman kang krenggosan metu saka kamar jumujug marang bapake njur kaglandhang warasan.  Kedadeyan sateruse, Kirno ndhredheg nggegem HP mlebu kamare. Njur ngundang Kimpul. Sabanjure Kimpul metu saka kamare Kirno sajak kesusu, terus mancal sepedha motor nggeblas ing petenge wengi iku tanpa ana kang ngerti bakal menyang ngendi. Sawise rada sawetara Kirno metu maneh lan wis katon sareh, dheweke ngabarake yen dina iki durung bisa ngleksanaake ijab kabul, amarga Pak Naib nampa dhawuh dadakan saka Pak Bupati. Ing njero kamar, Kiman lemes bebasan tanpa balung. Jebul kang dandan manten mau dudu Marni, nanging Sari. Kenya kang duwe dedeg lan pakulitan kaya calone iku mratelakake yen dina iki mau Marni lunga karo wong lanang liya sawise mampir menyang nggone dheweke. Sawise Kiman neliti kahanan wadhah dhuwit, jebul saliyane nggawa motor, HP cacah loro, Marni uga nggawa dhuwit puluhan yuta. Ceritane Sari, kasurung saka rasa welas yen keluwarga Kirno nampa wirang, mula dheweke enggal menyang Salon Putri saperlu dandan kayakang wis diceritakke Marni, ngupaya piye carane nutup wirang.
Kirno banget anggone ngalembana Sari, dene duwe pikiran luhur. Mula dheweke nawani supaya Sari gelem ngganteni Marni. Eman, Sari ora gelem yen tenanan. Esuk umun-umun, Sari metu saka omah kang nembe wae nandhang wurung mantu iku, jumujug marang sawenehing papan kang ing kana wis nunggu sawijining pawongan, Marni lan pasangane. Sari lunga nggawa pesangon saka Kirno minangka tandha matur nuwun senajan nganggo nyang-nyangan rega. Ki Sumardi tetep ndhalang kanthi lakon Alap-alapan Dewi Sembadra. 

                                                                                    Dening:Eko Wahyono
                                                                                    Kapethik saking : Jagad Jawa – Solopos