Thursday, August 3, 2017

Bitcoin dalam Tinjauan Hukum Islam

Saya Aji saya mau bertanya apa hukumnya berinvestasi bitcoin dan bertransaksi dengan bitcoin /crypo currency ? hal ini sangat penting untuk dibahas, sebab masih sangat jarang ulama/ustadz yg membahasnya, syukron. Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Sebelum membahas mengenai hukum bitcoin, kita akan memahami hakekat dari bitcoin. Karena dengan memahami hakekat kasus yang menjadi objek kajian, kita bisa melakukan takyif fiqh (pendakatan fiqh) dalam memahami kasus tersebut. Ada kaidah fiqh yang menyatakan, الحكم على الشيء فرع عن تصوره Hukum terhadap suatu kasus, adalah turunan dari bagaimana seseorang melihatnya. (Majmu’ Fatawa, 6/295) Dari sekian situs yang menjelaskan bitcoin, ada satu situs yang memberi penjelasan paling mudah dipahami sebagai berikut, Bitcoin adalah sebuah mata uang digital yang tersebar dalam jaringan peer-to-peer yang tersebar di seluruh dunia. Jaringan ini memiliki sebuah buku akuntansi besar bernama Blockchain yang dapat diakses oleh publik, dimana didalamnya tercatat semua transaksi yang pernah dilakukan oleh seluruh pengguna Bitcoin, termasuk saldo yang dimiliki oleh tiap pengguna. (forumbitcoin.co.id) * Peer to Peer adalah adalah suatu teknologi sharing resource dan service antara satu komputer dan komputer yang lain. Sejauh mana jangkauan bitcoin? Ada banyak bisnis dan individu yang menggunakan Bitcoin. Termasuk bisnis fisik di dunia nyata seperti restoran, apartemen, firma hukum, dan juga layanan online terkenal seperti Namecheap, WordPress, Reddit, dan Flattr. Meskipun Bitcoin termasuk fenomena baru, namun berkembang sangat pesat. Pada akhir Agustus 2013, nilai total semua bitcoin yang beredar melebihi 1,5 milyar dolar AS, dengan transaksi pertukaran bitcoin senilai jutaan dolar dilakukan setiap harinya. (bitcoin.org) Dengan memperhatikan jangkauannya, bitcoin telah disepakati para pebisnis di dunia maya sebagai alat tukar. Dengan kata lain, bitcoin telah menjadi mata uang di dunia maya. Batasan Mata Uang dalam Fiqh Selanjutnya kita akan melihat, apakah bitcoin bisa disebut mata uang secara fiqh ataukah tidak? Dalam hadis dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ “Jika emas dibarter dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum bur (gandum halus) ditukar dengan gandum bur, gandum syair (kasar) ditukar dengan gandum syair, korma ditukar dengan korma, garam dibarter dengan garam, maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya boleh sesuka hati kalian asalkan tunai” (HR. Muslim 4147). Dari keenam benda ribawi di atas, ulama sepakat, barang ribawi dibagi 2 kelompok: [1] Kelompok 1: Emas dan Perak [2] Kelompok 2: al-qut al-muddakhar (bahan makanan yang bisa disimpan), Bur, Sya’ir, Kurma, & Garam. Kita lebih fokuskan melihat emas dan perak, karena ini yang ada kaitannya dengan mata uang. Menurut mayoritas ulama, Maliki, Syafi’i dan Hambali, menegaskan bahwa alasan berlakunya riba pada emas dan perak karena keduanya berstatus sebagai alat tukar (tsamaniyah), dan sebagai alat ukur nilai harta benda lainnya (qawam al-Amwal). Dengan demikian, kegunaan emas dan perak (dinar dan dirham) terletak pada fungsi ini, tidak hanya pada nilai intrinsik bendanya. (al-Mughi, Ibnu Qudamah, 4/135; as-Syarhul Kabir, Ibnu Qudamah, 4/126). Karena itu, diqiyaskan dengan emas dan perak, semua benda yang disepakati berlaku sebagai mata uang dan alat tukar. Meskipun bahannya bukan emas dan perak. Dalam Tarikh al-Baladziri disebutkan, وقد همَ عمر بن الخطاب -رضي الله عنه- باتخاذ النقود من جلد البعير. وما منعه من ذلك إلا خشية على البعير من الانقراض Bahwa Umar bin Khattab berkeinginan membuat uang dari kulit unta. Namun rencana ini diurungkan karena khawatir, onta akan punah. (Futuh al-Buldan, al-Baladziri) Sekalipun keputusan ini tidak dilaksanakan, tapi kita bisa melihat bahwa para sahabat mengakui bolehnya memproduksi mata uang dengan bahan dari selain emas dan perak. Rencana ini dibatalkan, karena mengancam poopulasi onta. Bisa saja, ada orang yang menyembelih onta, hanya untk diambil kulitnya. Sementara dagingnya bisa jadi tidak dimanfaatkan. Andai bukan kebijakan masalah kelestarian onta, akan diterbitkan mata uang berbahan kulit onta. Inilah yang menjadi dasar para ulama, bahwa mata uang tidak harus berbahan emas dan perak. Imam Malik pernah mengatakan, لو أن الناس أجازوا بينهم الجلود حتى تكون لهم سكة وعين لكرهتها أن تباع بالذهب والورق نظرة “Andaikan orang-orang membuat uang dari kulit dan dijadikan alat tukar oleh mereka, maka saya melarang uang kulit itu ditukar dengan emas dan perak dengan cara tidak tunai”. (Al-Mudawwanah Al-Kubra, 3/90). Karena itu, Syaikhul Islam mengatakan, Sebagian ulama berkata, “Uang adalah suatu benda yang disepakati oleh para penggunanya sebagai (alat tukar), sekalipun terbuat dari sepotong batu atau kayu”. (Majmu’ Fatawa, 19/251). Kesimpulannya, hingga titik ini, penggunaan bitcoin secara hukum syariah dibolehkan, tidak ada sisi pelanggarannya, selama itu dimiliki secara legal dan bukan melalui pembajakan atau penipuan. Dalam Fatawa Islam dinyatakan, النقود الإلكترونية هي نقود عادية متطورة ، وهي وإن كانت لا تتشابه معها في الشكل ، فإنها تتفق معها في المضمون. وهذه النقود الإلكترونية تأخذ حكم العملة التي تم تخزينها بها Mata uang elektronik adalah mata uang di dunia digital. Mata uang ini meskipun bentuknya tidak sama dengan mata uang lainnya, namun dilihat dari sisi nilai yang dipertanggungkan statusnya sama. Sehingga uang elektronik ini dihukumi sebagai ‘umlah (mata uang) yang bisa disimpan. (Fatawa Islam, no. 219328) Fatwa bolehnya menggunakan bitcoin juga disampaikan lembaga Fatwa Syabakah Islamiyah – Qatar, فالعملة الرقمية، أو النقود الإكترونية عملات في شكل إلكتروني غير الشكل الورقي، أو المعدني المعتاد. وعلى ذلك فشراؤها بعملة مختلفة معها في الجنس أو متفقة يعد صرفًا Mata uang elektronik adalah mata uang dalam bentuk digital, tidak seperti mata uang kertas atau mata uang berbahan logam tambang, seperti yang umumnya beredar. Karena itu, membeli mata uang digital dengan mata uang lain yang berbeda, termasuk transaksi sharf (transaksi mata uang). (Fatawa Syabakah Islamiyah no. 191641) Di fatwa yang lain ditegaskan, فمن ملك شيئًا من تلك النقود الإلكترونية بوسيلة مشروعة، فلا حرج عليه في الانتفاع بها فيما هو مباح Siapa yang memiliki mata uang digital itu dengan cara yang disyariatkan (mubah), maka tidak masalah untuk dimanfaatkan, untuk keperluan yang mubah. (Fatawa Syabakah Islamiyah no. 251170) Aturan Pembelian Bitcoin Bitcoin statusnya mata uang. Karena itu, membeli bitcoin, hakekatnya menukar uang dengan uang. Orang yang membeli bitcoin dengan rupiah, hakekatnya dia menukar rupiah dengan bitcoin. Menurut informasi, saat ini, harga 1 bitcoin (BTC) = Rp 7.950.500; atau 1 BTC = $ 611.95; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi aturan untuk transaksi uang dengan uang, الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ … مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ…فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ Jika emas dibarter dengan emas, perak ditukar dengan perak, kuantitasnya harus sama dan tunai… Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya boleh sesuka hati kalian asalkan tunai. (HR. Muslim 4147) Dalam hadis ini ada 2 aturan cara penukaran mata uang, [1] Jika tukar menukar itu dilakukan untuk barang yang sejenis, wajib sama kuantitas dan tunai. Misalnya: emas dengan emas, rupiah dengan rupiah, qiyasnya BTC dengan BTC. [2] Jika barter dilakukan antar barang yang berbeda, namun masih satu kelompok, syaratnya wajib tunai. Misal: Emas dengan perak, rupiah dengan dolar. Termasuk rupiah dengan BTC. Karena itu, ketika ada orang yang beli bitcoin, atau jual bitcoin, di tempat transaksi keduanya harus ada. Uang ada, bitcoin ada. Tidak boleh ada yang tertunda. Jika tertunda, melanggar larangan riba nasiah. Begitu konsumen transfer rupiah, di saat yang sama penyedia bitcoin harus mengirim BTC untuknya. Dalam Fatwa Syabakah Islamiyah, aturan ini disebutkan, ولا بد في الصرف من التقابض، والتماثل عند اتحاد الجنس، والتقابض دون التماثل عند اختلاف الجنس، والقبض قد يكون حقيقيًا، وقد يكون حكميًا Dalam transaksi mata uang, harus ada serah terima (taqabudh) dan sama kuantitas jika jenisnya sama. Dan disyaratkan harus taqabudh, meskipun boleh tidak sama kuantitas, jika beda jenis. Dan taqabudh bisa dilakukan secara haqiqi (ada uang, ada bitcoin yang bisa dipegang), bisa juga secara status (hukmi). (Fatawa Syabakah Islamiyah no. 251170) Transaksi bitcoin, jika dilakukan sekali waktu ditempat, termasuk taqabudh secara hukmi. Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com) Read more https://konsultasisyariah.com/28435-hukum-bitcoin.html

Thursday, May 29, 2014

hati-hati dengan pujian

Pujian mungkin bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Namun pujian adalah rangkaian kata-kata yang harus kita waspadai. Ketika kita menerima pujian, dalam hati kita tersanjung, lalu mengangguk-angguk membenarkannya. Sesaat kesadaran kita lenyap terbuai oleh perasaan yang luar biasa nikmat. Ini keruntuhan pertama. berhati-hatilah dengan pujian. Perlakukan ia seperti kita melihat ular berkulit indah, namun menyemburkan racun. keruntuhan selanjutnya terjadi, bila kita mulai berkarya karena mengharap pujian.
Pujian itu seperti air laut, semakin banyak kita minum semakin hauslah kita. Ia membunuh kita perlahan-lahan, bukan karena terlalu banya garam yang kita reguk, namun karena kerakusan kita yang tak terpuaskan. Mari kita bekerja dengan tulus, karena kita memiliki tujuan mulia untuk ditunaikan. Siapkan keranjang sampah besar untuk menyingkirkan semua pujian yang datang. Kita sama sekali tak memerlukan pujian karena kita punya jalan kita sendiri.

Sunday, May 18, 2014

Sengkalan



I.         Sengkalan
Tembung “sengkalan” asale saka tembung “saka” lan “kala” Saka utawa çaka iku jenenge bangsa Indhu, kala utawa kala ateges wektu. Sakakala yaiku kalane ana ratu golongan çaka kang jumeneng ing tanah Indhu sisih kidul, lan wektu iku wiwitan\e tahun saka, yaiku taun 1 utawa taun 78 Masehi. Mungguh kang dikarepake “sengkalan”, yaiku unen unen kang nduweni teges angkaning taun.Jaman biyen kang kanggo petungan ing Tanah Jawa taun Saka. Nanging saiki ana kang migunakake taun rembulan, yaiku kang petungan sasine manut lakuning rembulan, diarani: “Candrasengkala”. Sengkala kang adhedhasar taun srengenge, diarani: “Suryasengkala” Adhedhasar wujud lan dhapukane, sengkalan ana warna loro;
1. Sengkalan lamba, yaiku sengkalan kang awujud kumpulaning tembung utawa wujud ukara.
2. Sengkalan memet, yaiku sengkalan kang awujud gegambaran utawa pepethan.

Mungguh carane nyurasa utawa maca sengkalan iku kawiwitan saka ekane, banjur dasan, yen ana atusan lan ewone. Tuladha : Rupa sirna retuning bumi.
Rupa    = 1 (ekan)
sirna     = 0 (dasan)
retu      = 6 (atusan)
bumi    =  1 (ewon)     dadi taun : 1601 Saka menawa tahun Masehi kudu ditambah 78 dadi 1679M

Mungguh carane nggoleki aji utawa wataking tembung miturut Candra Sangkala karangane Ki Bratakesawa, kena migunakake wewaton sawetara, yaiku:
1. Guru Dasa nama, Tembung tembung kang padha tegese dianggep padha ajine.
     Kayata : ratu, narendra, nata, katong, pamase, aji, iki kabeh watak siji.
2. Guru susastra, Tembung tembung kang susastrane utawa panulise padha, ajining uga padha.
     Kayata : êsthi, kang ateges gajah, esthi kang ateges sedya utawa pikir ajine padha yaiku: wolu.
3. Guru wanda, Tembung tembung nduweni wanda kang padha, ajine dianggep padha.
     Kayata : wanita, ajine padha karo tembung wani, tembung buja ajine padha karo tembung bujana.
4. Guru warga, Tembung tembung kang mratelakake jeneng kang nunggal bangsa utawa warga, ajine padha. Kayata : ula, baya, bulus, tekek, cecak, kadhal iku kabeh kalebu kewan ingkang rumangkang, dadi padha ajine, yaiku: wolu.
5. Guru karya, Tanduking sawijining tembung, kaanggep padha ajine karo tembung iku.
     Kayata : tangan ajine padha karo nyekel, mripat padha ajine karo tembung ndeleng utama mandeng.
6. Guru sarana, Jenenge piranti kang kanggo nindakake sawijining kriyane, kaanggep padha ajine karo tembung iku.    Kayata : ilat karo rasa, padha ajine yaiku nenem.
7. Guru darwa, Tembung kaanan, kaanggep padha ajine karo tembung kang kadunungan kaanan iku.Kayata : tembung galak padha ajine karo tembung danawa, benter padha karo latu, lsp.
8. Guru Jarwa, Tembung tembung kang jarwane padha utawa meh padha ajine uga padha.
     Tembung rasa padha karo raras, basu padha karo sawer, lsp.

II. Tembung tembung kang dianggep nduweni watak utawa ajining wilangan :
a. Kang awatak siji.
1. Tembung tembung kang cacahe mung siji: nabi, wudel, bumi, buntut, iku, sirah, ratu, aji, nata, wiji, ati, tyas, badan, lsp.
2. Tembung tembung araning barang kang wangune bunder, rembulan, bumi, jagad, rupa, srengenge, rai, lek, candra, wulan, lsp.
3. Tembung tembung kang ateges siji: tunggal, eka, iji, juga, lsp

b. Kang awatak  loro:
1. Tembung tembung kang cacahe loro: mripat, kuping, tangan, asta, suku, dresthi, buja, athi athi, swiwi, lsp.
2. Tembung tembung kang nuduhake kriyane tembung ing ndhuwur: ndeleng, ngrungu, ndulu, nembah, lsp.
3. Tembung tembung kang teges loro: dwi, kalih, lsp.
4. Tembung tembung liyane: gandheng, kanthi, kanthet, lsp.

c. Kang awatak telu:
1. Kang nduweni sesipatan telu: geni, bahni, pawaka, siking, dahana, anala, utawaka, puji, lsp.
2. Tembung tembung kang kanggo wanda tri utawa teges telu: mantri, tiga, hantelu, lsp.



d. Kang awatak papat:
1. Bangsane banyu utawa kang ngemu banyu: her, sindang, suci, tirta, wedang, bun, udan, sagara, waudadi, jalanidhi, bening, nadi, sumber, sumur, wasuh, lsp.
2. Tembung kang ateges papat, catur, pat, lsp.

e. Kang awatak lima:
1. Araning barang kang cacah lima: indri, indriya, dhawa, lsp.
2. Bangsane buta: danawa, jaksa, diyu, wil, raseksa, lsp.
3. Bangsane gegaman: panah, warajang, bana, sara, lsp.
4. Bangsane angin: bayu, samirana, maruta, anila, sindung, lsp.
f. Kang awatak enem:
1. Tembung kang mratelakake rasa: pedhes, amla, kecut, tikta, pait, kyasa, gurih, dura, lsp
2. Tembung kang nduweni gegayutan sipat tembung ing ndhuwur : gendhis, gula, uyah, lsp.
3. Tembung jeneng kewan kang asikil enem: tawon, bramara, kombang, anggang anggang, semut, lsp
g. Kang awatak pitu:
1. Bangsane kang amaratapa: wiku, biksu, resi, dwija, dhita, yogiswara, muni, suyati.
2. Dasanamane jaran: kuda, wajik, aswa, turangga, lsp.
h. Kang awatak wolu:
1. Tembung tembung kang kagolong kewan rumangkang: baya, bajul, slira, menyawak, tanu, bunglon, murti, basu, tekek, cecak, ula, naga, bujangga, taksaka, lsp.
2. Dasa namaning gajah: dwipangga, liman, esthi, dirada, matengga, kunjara, lsp.
i. Kang awatak sanga:
1. Barang barang kang wujude bolong: gapura, guwa, dwara, wiwara, gatra, wilasita, rong, trusta, trusthi, song, babahan, lsp.
2. Tembung tembung liyane: ganda muka, butul, dewa, ambuka, wangi, lsp.
j. Kang awatak sepuluh utawa nol:
Yaiku tembung tembung kang ngemu teges ora ana utawa suwung: sunya, boma, gegana, wijat, nir, tanpa, ilang, mletik, sirna, musna, adoh, antariksa, rusak, luhur, dhuwur, muksa, ngumbara, muluk, mumbul, das, awang awang, angles, mentar, oncat, asat, surut, sempal, tumenga, mesat, lsp.
II.   Tuladha Sengkalan
1.    Indu bana dwi rupa                                                       =   taun 1254
2.    Dwara adri pana indu                                                   =   taun 1279
3.    Panerus tingal tataning nabi                                          =   taun 1529
4.    Panca gana salira tunggal                                              =   taun 1865
5.    Dwi naga ngrasa tunggal                                               =   taun 1682
6.    Naga muluk tinitihan janma                                          =   taun 1708
7.    Wolu ilang kebo siji                                                      =   taun 1708
8.    Buta telu ngojag jagad utawa Tri jaksa ngojag buwana      =       taun 1635
9.    Tri sula kembang lata                                                    =   taun 1953
10.    Sirna ilang kertaning bumi                                          =   taun 1400

Cerkak



Si Cebol Bisa Nggayuh Lintang
     Dhek jaman biyen ing desa Dhadhapan ana sawijining kulawarga kang anggone omah-omah kurang harmonis jenenge Limaran lan Pak Bejo. Limaran dijodhokake karo Pak Bejo pawongan sing pawakane cebol. Si Cebol dipek mantu amarga wonge sregep makarya, bisa nulungi bot repote wong tuwane Limaran, mula Limaran ya kudu manut masiya atine mangkel. Gandheng wong tuwane sing akon ya ora bisa nolak.
     Wong-wong sadesane padha nyeluk Pak Cebol. Sing diceluk ya ora apa-apa, nanging beda karo bojone atine tansah kelara-lara. Saben dina tansah dadi gunemane wong ing desane amarga bojone cebol, mendahnia mengko yen duwe anak mangkono jarene.
     “Ooo alah urip pisan wae kok ora nyenengake, kabeh padha nggunem keluargaku.”
     Sawijining dina Limaran ora kuwat ngampet omongane tanggane sadesa, ing atine wis ditumpangi pikirane setan. Kanggo ngurangi rasa isin dheweke nduweni niyat arep ngusir lan nyirnakake bojone kanthi cara kang alus yaiku supaya bojone golek pagaweyan ing kutha, amarga ing desane lagi paceklik sawah lan pategalan ora bias ditanduri.
     Krentege mau diomongake menyang bojone lan bojone uga sarujuk yen dheweke kudu golek pagaweyan ing kutha. P. Bejo alias Cebol banjur nyepakake sandhangan sing arep digawa menyang kutha, dene Limaran nyiapake sangu lan sarapan kanggo bojone. Ing jero atine wis diniyati manawa  sangune arep diwenehi racun, kanthi tujuan mengko ing tengah dalan yen keluwen mesthi dipangan lan ora let suwe bakal mati. 


Nalika pamitan Pak Bejo alias Cebol atine ngondhok-ondhok, amarga kudu ninggal bojone kanthi wektu kang ora winates. Dene Limaran ethok-ethok kemembeng mripate amarga gegambaran bojone ora bakal bali lan mati ana tengah dalan.
     Sawise mlaku adoh lan ora leren-leren  Pak Bejo  mandheg lan ngaso ing pinggir kalen kang banyune bening. Pak Bejo alias Cebol mau banjur reresik awake lan ngombe banyu kali nganti ora krasa luwe maneh. Sangu sing digawani bojone durung kober dipangan. Sawise leren sedhela pak Bejo banjur nerusake lakune karo manggul sangune. Karo mlaku kledhang-kledhang Pak Bejo krungu  swara rame-rame pating gedebug ora karuwan. Dheweke kepengin ngerti  sakjane ana apa. Bareng tekan cedhak Pak Bejo lagi ngerti manawa ana kewan gedhe kang ngamuk, para prajurit kraton padha kuwalahan anggone arep nelukake gajah kang ngamuk iku. Wong-wong sing ana sacedhake akeh sing kepidak, omah-omah ambruk lan ora sithik wong-wong kang padha mlayu sipat kuping kalebu Pak Bejo kang niba tangi. Pak Cebol wis ora bisa suwala, nanging tetep usaha mlayu  golek slamet. Weruh Pak Cebol mlayu kanthi arah walikane, gajahe banjur ganti nguber Cebol lan Pak bejo nganti keglundhung, weruh kaya mangkono iku wong-wong padha ngguyu lan malah dadi tontonan. Sangu sega, ngombe lan buntelan sing digawa saka ngomah wudhar lan korat karit. Gajahe terus nguber Pak cebol nanging playune wis ora pati banter. Pak Cebol dhewe ya wis kesel dadi ora bisa mlayu banter maneh. Ora dikira gajah mau sawise cedhak karo pak Cebol banjur nglumpruk mati. Pak Cebol dhewe ya ora weruh.
    Pak Cebol dhewe sanalika tuwuh kekendelane wani munggah ing dhuwure lan kanthi sora dheweke mbengok nuduhake dhadhane, “E….. para sedulur aja nyepelekake aku, masiya Cebol, aku bisa ngalahake kewan sing samene gedhene iki lho!”
Wong-wong sing maune ndhelik padha metu lan gumun ndeleng Pak Cebol banjur marani lan njunjung Pak Cebol. Amarga anane Pak Cebol mau reridune kutha dadi aman.Mulane Pak Cebol disowanake menyang kraton lan entuk bebungah yaiku dadi abdi kinasihe raja.
     Pak Cebol kang bisa ngalahake  gajah iku keprungu sak desane, mula kanthi rasa kaget lan seneng Limaran banjur nyusul menyang kraton saperlu njaluk pangapura marang bojone sing arep diracun. Gancaring carita Pak Cebol wis bisa ngapura bojone sing wis ngakoni kesalahane lan Pak Bejo urip ing kraton kanthi ayem lan tentrem. Mulane senajan Cebol ngene iki bisa nggayuh lintang lho…!
  
                                                                 Panyebar Semangat no 32/ 9 Agustus 2008